Metode Mengajar Berbasis Makhraj
Huruf tidak akan benar kecuali keluar dari tempatnya, dan suara tidak akan indah kecuali jika menempuh jalannya.”
— Kaidah para qurrā’ dan ulama tajwid.
Inilah ruh utama metode Yatlunah — mengajarkan huruf dari tempat keluarnya (makhraj).
Yatlunah memulai pengajaran bukan dari bentuk huruf atau harakatnya, tetapi dari sumber suara huruf itu sendiri.
Karena ketika lidah, tenggorokan, dan bibir telah fasih mengenal tempat keluarnya huruf, maka setiap bacaan akan benar dengan sendirinya, meski murid belum lancar membaca seluruh huruf.
A. Mengapa Mengajar Berbasis Makhraj?
Para ulama tajwid menegaskan:
قال ابن الجزري:
«إِنَّهُ لَا يَتَصَوَّرُ تَصْحِيحُ التِّلَاوَةِ، وَلَا تَجْوِيدُ الْأَدَاءِ، إِلَّا بِمَعْرِفَةِ الْمَخَارِجِ وَالصِّفَاتِ.»
(An-Nasyr fi al-Qirā’āt al-‘Asyr, 1/210)
“Tidak mungkin seseorang dapat memperbaiki tilawahnya dan memperbagus bacaannya kecuali dengan mengenal makhraj huruf dan sifat-sifatnya.”
Maka mengajar huruf tanpa mengajarkan makhraj seperti mengajarkan bunyi tanpa akar, karena murid meniru bentuk, bukan sumber suara.
Metode Yatlunah mengembalikan pengajaran Qur’an kepada cara Rasulullah ﷺ mengajarkan para sahabat — melalui talaqqi dan simā‘, bukan tulisan semata.
B. Prinsip Dasar dalam Mengajar Huruf Berdasarkan Makhraj
Yatlunah menetapkan 5 prinsip utama dalam pengajaran huruf berbasis makhraj:
Suara sebelum bentuk: Huruf diajarkan dari bunyi, bukan dari tulisan. Murid mendengar dan menirukan suara guru.
Makraj sebelum harakat: Huruf harus keluar dengan benar sebelum diberi fathah, kasrah, atau dhammah.
Dari halqi hingga syafawi: Urutan huruf mengikuti urutan makhārijul ḥurūf dari tenggorokan hingga bibir.
Ulangi hingga lidah fasih: Tidak berpindah huruf sampai murid benar-benar bisa melafalkannya tepat.
Gunakan talaqqi, bukan ejaan: Guru membacakan, murid menirukan dengan pengawasan visual gerak mulut.
C. Urutan Makhārijul Ḥurūf dalam Yatlunah
Urutan huruf dalam metode Yatlunah mengikuti susunan ilmiah Ibnul Jazari, dengan pendekatan pedagogik yang memudahkan guru.
Dari tenggorokan bagian bawah hingga atas: أ هـ ع ح غ خ
Dari pangkal lidah bertemu langit-langit: ق ك
Pertemuan lidah dengan langit-langit tengah & sisi: ج ش ي ض ل
Antara ujung lidah dan gusi depan: ن ر ت د ط ظ ث ذ ز س ص
Dari dua bibir atau bibir bawah dengan gigi atas: ف ب م و
Suara ghunnah (dengung) dari rongga hidung: ن م (tasydid)
1️⃣ Dengarkan – Tiru – Ulangi (Simā‘ & Talqīn)
Guru membacakan satu huruf dengan jelas (misal: “أَ” dari tenggorokan).
Murid menirukan bersama-sama, lalu secara individu.
Guru memperhatikan pergerakan mulut murid, bukan hanya suaranya.
2️⃣ Gunakan Isyarat dan Gerak Mulut
Guru menempelkan tangan di leher saat mengucapkan huruf halqi.
Menunjukkan pergerakan lidah saat huruf lidāwiyyah (ط، ت، د).
Menutup bibir saat huruf syafawiyyah (ب، م).
🟩 Ini menumbuhkan kesadaran kinestetik — murid tahu posisi fisik huruf, bukan hanya suara.
3️⃣ Koreksi dengan Lembut dan Tepat
Jika murid salah, guru:
Tidak langsung berkata “salah”, tetapi mencontohkan kembali.
Menunjukkan perbedaan bunyi (misal antara خ dan ح).
Mengulangi secara ritmis agar lidah murid terbiasa.
4️⃣ Gunakan Contoh Kata Qur’ani Sejak Awal
Misalnya:
Huruf ق → kata “قَالَ”
Huruf ح → kata “الْحَمْدُ”
Huruf ص → kata “صَبْرًا”
Hal ini menanamkan makna bahwa huruf yang dipelajari berasal dari kalamullah, bukan bunyi buatan.
5️⃣ Kaitkan dengan Sifat Huruf
Guru menjelaskan mengapa suara tertentu harus tebal atau tipis:
Huruf isti‘lā’: ص، ض، ط، ظ، غ، خ، ق
Huruf tarqīq: selain itu.
Dengan contoh kontras (misal: “ص” ≠ “س”).
E. Media dan Alat Bantu dalam Mengajar Berbasis Makhraj
Yatlunah mendorong guru memanfaatkan alat bantu edukatif:
Kartu huruf makhraj – berisi posisi lidah, tenggorokan, dan bibir.
Cermin kecil – untuk memperhatikan pergerakan mulut murid.
Audio Yatlunah – rekaman mu’allim bersanad untuk setiap huruf.
Papan huruf interaktif – menunjukkan urutan makhraj dari halqi hingga syafawi.
QR Code Audio di Buku Yatlunah – membantu guru memutar contoh bacaan saat mengajar.
Semua alat ini berfungsi sebagai perpanjangan tangan guru, bukan pengganti guru.
G. Tujuan Akhir dari Pembelajaran Berbasis Makhraj
Setelah guru menerapkan prinsip ini, murid akan:
Mampu membedakan setiap huruf dengan jelas.
Menghasilkan bacaan yang alami, tidak dibuat-buat.
Mampu membaca dengan tartīl karena huruf sudah terlatih keluar dari tempatnya.
Menyadari bahwa setiap huruf dalam Al-Qur’an memiliki kehormatan dan aturan.
“Huruf yang benar adalah huruf yang keluar dengan izin makhrajnya.”
— Kaidah qurrā’
Mengajar berbasis makhraj bukan sekadar teknik membaca, tapi kembali kepada manhaj asli para qurrā’.
Dari makhraj yang benar lahirlah kefasihan; dari kefasihan lahirlah tartil; dan dari tartil lahirlah tadabbur.
﴿اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ﴾
“Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.”
(QS. Al-‘Alaq: 3)
Sudah memahami prinsip mengajar huruf dari tempat keluarnya?
Lanjutkan ke bagian berikutnya:
🔗[Panduan Evaluasi dan Ujian Bacaan →]
🔗[Panduan Yatlunah→]
Ruang Hijaiyyah
© Copyright 2025, All Rights Reserved